Tanpa sadar banyak masalah yang ada hadir dan dapat merusak kehidupan sosial manusia. Sebuah pemikiran yang menjelma menjadi sebuah stigma. Alam bawah sadar akan membentuk mental yang bernama mentalitas kemiskinan.
Melihat mentalitas kemiskinan
Banyak orang menganggap bahwa dirinya berada dalam sebuah ketidakmampuan untuk hidup dan berkembang. Pemikiran ini mendorong pada kenyataan bahwa hidup hanyalah untuk bertahan hidup, bukan untuk berkembang.
Tidak ada sumber daya yang bisa digunakan serta semua talenta yang ada terbuang sia-sia karena kekurangan yang ada di tengah banyaknya keterbatasan. Hal ini akan membuat orang memandang masa depan mereka adalah suram dan tidak ada harapan. Padahal, jika dapat melihat segala kesempatan yang ada dengan mencari peluang yang maksimal maka akan ada masa terlepas dari belenggu kesusahan.
Lloyd Frontera: The Greatest Estate Developer
Mari kita berkenalan dengan sosok Lloyd Frontera. Dia merupakan sosok utama dalam kisah Manhwa bertahuk The Greates Estate Developer. Sosok Lloyd awalnya adalah Kim Su Ho di Korea Selatan. Ia hidup dengan banting tulang yang kemudian bereinkarnasi menjadi putra dari Baron yang memiliki banyak hutang dan wilayahnya yang miskin.
Dalam perkembangan ceritanya, Lloyd yang dulunya seorang berandalan berubah menjadi seorang penting dengan pemikiran menakjudkan setelah inkarnasi Suho ke tubuh Lloyd.
Membangun kekuatan finansial
Lloyd pernah berkata bahwa “Jika ingin menjadi kaya maka harus tahan banting!.” Ungkapan tersebut merupakan suatu ungkapan sederhana namun terkesan monohok. Selain itu juga ada perkataan lain yaitu “Jika ada yang mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagiaan, maka uang yang dimiliki tidaklah cukup.”
Uang bukan hanya sekadar alat transaksi dalam dunia bisnis tetapi juga merupakan sebuah bentuk dari solusi dari banyaknya masalah yang menerpa. Uang memang bukan segalanya, namun segalanya membutuhkan uang.
Kebutuhan pokok: mengawali kebahagiaan
Kita mengetahui bahwa terdapat tiga kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan papan. Untuk memperoleh ketiga hal tersebut tentu saja membutuhkan uang.
Tanpa uang, kita tidak bisa membeli atau mendapatkan sesuatu yang kita butuhkan atau inginkan. Tanpa uang kita akan tersisih dari pelik dan persaingan dalam memanjat dunia sosial. Uang telah menjadi standar dalam sebuah penilaian akan pencapaian hidup.
Mata duitan atau kehilangan kontrol atas hidup
Jika membahas Lloyd, maka ia bisa menjadi sosok jelmaan neraka yang ada di dunia. Sifatnya yang mungkin bisa dianggap tamak merupakan sebuah bentuk dari sulitnya hidup yang dijalani. Dengan mengumpulkan uang dari segala sumber daya yang dia miliki, termasuk otaknya. Dengan keterampilan dan berkat pendidikan yang diperoleh selama di Korea, Lloyd menjadi seorang kontraktor atau developer andal yang membangun banyak hal demi meningkatkan uang miliknya.
Tanpa uang, Lloyd bukanlah apa-apa. Meskipun merupakan seorang bangsawan, namun jika memiliki hutang maka ia akan tunduk kepada lintah darat tersebut. Dengan alasan mengejar hidup santai dengan bergelimang harta maka ia bekerja keras untuk bisa mendapatkan uang sebanyak-banyaknya.
Tanpa disadari, sifatnya yang tamak bagi sebagian orang merupakan jalan untuk tidak masuk ke dalam lingkaran mentalitas kemiskinan.
Uang dan Hukum
Selain itu, cara ia mendapatkan uang adalah merupakan tindakan yang tidak melanggar. Hal ini karena ia selalu memberikan kontrak kepada orang yang akan menjadi rekan bisnisnya. Meskipun di dalam kontrak bisa lebih menguntungkan dirinya, namun itu telah disepakati bersama karena adanya penandatanganan kontrak.
Selain itu Lloyd juga sadar bahwa dalam prosesnya melunasi hutang dia tidak bisa memaksakan kehendaknya sebagai bangsawan atau menggunakan kekuatannya untuk memaksa pemberi hutang menghapus hutang keluarganya. Hal ini karena Lloyd pun tahu bahwa itu melanggar hukum kerajaan.
Penutup: mentalitas
Mentalitas kemiskinan membentuk stigma di diri individu untuk berpasrah tanpa bekerja keras untuk berkembang. Hidup itu juga perlu untuk berkembang, bukan hanya sekadar bertahan. Sikap mata duitan bisa menghilangkan mental miskin yang rapuh. Namun, hal tersebut haruslah diikuti dengan tanggung jawab dalam mencapai penghasilan dan uang. Hukum tetaplah ada untuk membatasi moral sehingga orang dengan uang yang berlimpah juga harus taat kepada aturan dan tidak bertindak seenaknya.
urraaaa