Jangan Menyerah, Meski Tak Sempurna: Hidup Ini Tetap Anugerah

No comments

Mereka menertawaiku karena aku tak sempurna. Mereka bilang, aku tak layak hidup di dunia ini lagi. Orang-orang yang dulu pernah menerima keberadaanku, kini telah menjauh, dan menolak aku, seolah aku ini bukan siapa-siapa lagi. Semua berubah sejak saat itu—sejak fisikku tak lagi seperti dulu.

Sekarang, aku dianggap seperti sampah. Tak berguna, katanya. Aku disebut sebagai beban, hanya karena sudah tak bisa melakukan hal-hal yang dulu jadi bagian dari hidupku. Ya, mungkin aku memang tak lagi sekuat dulu. Tapi itu bukan berarti aku menyerah. Aku tetap punya semangat untuk hidup, untuk jadi versi terbaik dari diriku yang sekarang.

Masih ada banyak mimpi yang ingin aku raih. Hal-hal yang sudah aku siapkan dengan sepenuh hati, yang ingin aku capai walau harus jatuh bangun melewati rintangan. Aku tahu jalannya tidak akan mudah. Tapi aku akan tetap berjalan, tetap fokus pada tujuan yang sejak lama aku tanamkan dalam hati. Dan ejekan dari mereka yang suka merendahkanku biarlah jadi penyemangatku untuk terus maju.

Mereka, para perundung itu, secara tak langsung justru jadi bagian dari perjalanan hidupku. Tanpa sadar, mereka ikut membentuk diriku yang sekarang—lebih kuat, lebih tahan banting. Karena dari situ, aku belajar menghadapi kenyataan yang tak selalu indah.

Masalah yang aku hadapi di dunia nyata pun, pada akhirnya, akan jadi pelajaran dan kekuatan untuk masa depan. Sering muncul rasa ingin membalas semua perlakuan mereka, semua kata-kata tajam yang pernah mereka katakan. Tapi aku tahan sebisa mungkin. Karena aku tahu, mereka tak akan pernah mengerti rasanya jadi aku. Aku berbeda. Aku istimewa. Mereka boleh menghakimi, menilai, bahkan merendahkan. Tapi yang paling penting, aku tahu arah langkahku. Aku tahu apa yang ingin aku capai.

Dan inilah aku.

Ini kisahku—lembaran hidup yang aku tulis dengan tinta pengalaman, aku lukis dengan warna suka dan duka yang saling bergradasi membentuk keindahan. Masa laluku mungkin kelabu. Sudah lama berlalu, memudar dimakan waktu. Tapi masa depanku? Masih kosong, masih bersih, seperti kanvas putih yang siap aku isi.

Aku akan terus menulis dan melukis lembar demi lembar kisah hidupku. Dan suatu saat nanti, akan ada sepenggal cerita yang menunjukkan siapa aku sebenarnya—dan bagaimana aku bisa berdiri di titik yang penuh makna ini.

Baca Juga

Bagikan:

Tags

Tinggalkan komentar