Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan budaya. Banyak sekali keaneragaman yang ada, mulai dari suku, agama, ras, kebudayaan dan lainnya. Dari berbagai keaneragaman budaya ini, masyarakat Indonesia dikenal akan masyarakat yang multikultural. Masyarakat Indonesia di mata dunia identik dengan masyarakat yang rendah hati. Masyarakat kita bisa berbaur satu dengaan lainnyaa dengan baik, walaupun latar belakang budaya yang berbeda. Namun, itu tak serta merta menjadi jaminan baahwa Indonesia tetap bisa bersatu ditengah banyaknya perbedaan yang ada.
Karena keaneragaman budaya ini, maka akan banyak sekali perbedaan yang ada. Perbedaan ini menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia jika berhasil disatukan. Namun, perbedaan ini sering kali menjadi bumerang bagi bangsa Indonesia sendiri. Konflik konflik yang terjadi di tengah masyarakat bisa terjadi karena perbedaan yang sangat kecil.
Pengertian persatuan Indonesia
Kata persatuan berasal dari kata “satu”, yang berarti utuh atau tidak terpecah belah. Karena itu, persatuan mengandung arti “Menyatunya berbagai kebudayaan (perbedaan) yang beragam menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Kata Indonesia dalam “Persatuan Indonesia” bisa diartikan sebagai seluruh warga negara Indonesia. Jadi, “Persatuan Indonesia” bisa diartikan sebagai persatuan seluruh elemen masyarakat untuk berdaulat.
Perpecahan dan Persatuan
Dari banyaknya keaneragaman kebudayaan yang ada di Indonesia, tak pelak Indonesia juga harus menghadapi perbedaan perbedaan yang ada karena faktor ini. Kebudayaan memang bisa membuat kita bisa bersatu. Namun juga bisa menjadi bumerang.
Kembali ke masa Indonesia belum merdeka, kita berhasil dijajah dengan memainkan teknik adu domba (devide et impera). Mereka mengadu domba dengan perbedaan yang ada. Dan terbukti, cara yang mereka lakukan bisa membuat keinginan mereka tercapai.
Dengan melihat sejarah penjajahan di Indonesia, kita bisa menarik kesimpulan bahwa perbedaan bisa membuat semua pecah. Memainkan isu isu menghasut yang bisa membuat satu kelompok masyarakat tersinggung dan akhirnya terjadi perang antar kelompok karena tidak terima budaya mereka diolok olok.
Masyarakat seakan senang membanding bandingkan suatu budaya dengan budaya lain. Menganggap budaya milik mereka lebih bagus, lebih baik dari budaya yang lain. Akhirnya timbulah konflik, adu mulut dengan saling hujat yang bisa berujung pada perang antar golongan, dan akhirnya menjurus pada perpecahan.
Bukan hanya faktor perbedaan budaya yang bisa membuat perpecahan, tetapi juga ego, keserakahan dan ketamakaan dari individu itu sendiri. Tak ada lagi kepentingan bersama yang diutamakan, tetapi kepentingan kelompok atau pribadi yang sekarang menjadi prioritas.
Demi mencapai keinginan, saling sikut, saling hujat, saling menjatuhkan. Semua cara dilakukan untuk itu. Rela melakukan perpecahan pada bangsa sendiri untuk keinginan pribadi semata. Menghancurkan bangsa sendiri, asal keinginannya tercapai.
Keegoisan diri sendiri yang tak mau menerima perbedaan. Menginginkan semuanya sama seperti kehendaknya. Yang berbeda dikucilkan. Jika hal ini terjadi, maka yang terasingkan akan membuat kelompoknya sendiri untuk bisa menjatuhkan kelompok yang telah mengucilkan mereka. Mereka akan saling berhadapan, dan akan terjadi perang antar kelompok.
Orang orang akan siap jika mereka menang. Namun, tak siap jika akhirnya mereka kalah. Kelompok yang kalah dalam pertarungan akan melawan kembali untuk membalaskan dendamnya. Mereka tak terima dikalahkan. Balas dendam yang tak berujung.
Dalam olahraga, perpecahanpun juga tak bisa dihindarkan. Para pendukung fanatik saling ejek, menghina yang lain. Jika beberapa pendukung fanatik suatu tim bertemu pendukung tim lain, apalagi tim ataupun pendukung bermusuhan atau musuh besar, bentrokan kemungkinan tidak bisa dihindarkan. Pendukung dan pemain bisa tak terima dengan keputusan wasit (pengadil olahraga), karena mereka merasakan keputusan tersebut berat sebelah. Para pemain bisa menghakimi wasit saat pertandingan berlangsung.
Namun, olahraga juga bisa menyatukan. Semua orang bisa bersatu, tak peduli apapun tim yang mereka dukung, mereka bisa melebur menjadi satu untuk mendukung tim nasional Indonesia. Bukan hanya masalah klub saja, semua orang yang sedang bermusuhan, masalah yang sedang terjadi bisa dilupakan dalam sekejap. Namun, sikap dan sifat dari masyarakat Indonesia jika Indonesia kalah, langsung menyalahkan para pemain yang telah berjuang keras.
Dalam hal kebudayaan, mungkin masyarakat Indonesia terkesan apatis terhadap budayanya sendiri. Mereka tidak bisa menjagaa budaya milik sendiri. Masyarakat seakan lebih sering hanya menjelekkan budaya daerah lain, yang mereka tak sadar budaya daerahnya tak terurus. Namun, saat satu budaya saja tiba tiba diakui menjadi milik negara lain, disinilah rasa persatuan muncul. Mereka bersama sama menyuarakan budaya mereka sendiri. Tak ada lagi saling ejek. Namun, saat isu atau berita tersebut menghilang, kembali lagi ke kebiasaan awal.
Proxy war (perang proksi) yang mengancam
Mungkin banyak orang tak tahu apa itu “Proxy war”. Proxy war bisa digunakan untuk perang tanpa melibatkan pihak penyerang. Pihak yang menyerang akan menggunakan sesuatu yang akan membuat daerah (negara) sasarannya hancur dengan campur tangan yang bisa dibilang sedikit.
Bisa dibilang, proxy war adalah bahasa baru untuk devide et impera (adu domba). Tetapi mereka berbeda. Dalam devide et impera, mereka hanya menggunakan perbedaan perbedaan untuk memprovokasi daerah untuk berperang. Setelah perang daerah selesai, aktor adu domba akan menginvasi (menguasai) keduanya yang sama sama hancur.
Tetapi, dalam proxy war, juga bisa menggunakan tentara bayaran untuk menyerang. Juga, membuat satu orang, kelompok ataupun lembaga negara maupun non-kenegaraan menyerang negara mereka sendiri.
Mereka juga bisa menggunakan suatu produk yang memiliki nilai candu, semisal narkoba. Mereka menyebarkan narkoba yang bisa membuat mereka menguasai negara tersebut.
Hanya dengan barang seperti itu, bangsa Indonesia bisa lenyap. Pecandu barang terlarang ini tak bisa memikirkan lagi persatuan. Mereka hanya ingin memenuhi asupan barang terlarang ini, sehingga pemikiran mereka hancur, tak dapat lagi digunakan. Pelaku perang proksi bisa menggunakan kesempatan ini untuk menaklukan bangsa yang telah porak poranda karena narkoba.
Pelaku perang proksi juga bisa menyebarkan berita berita hoax atau isu untuk menyerang. Perselisihan bisa terjadi karena isu isu sensitif. Bisa terjadi perang di dalam negeri sendiri. Jika sudah memungkinkan, maka akan terjadi invasi oleh asing.
Mengatakan hanya miliknya atau pilihannya yang terbaik. Ramai ramai saling hujat dengan perbedaan. Saling menebarkan kebencian. Konflik pecah. Ramai ramai melakukan pembenaran dan saling menyalahkan dari konflik.
Belajar dari Majapahit
Semua tahu bahwa kerajaan majapahit adalah kerajaan yang sangat besar. Kerajaan yang luasnya hampir seluruh nusantara. Kekuatan militer yang tangguh, dan keunggulan keunggulan lain, baik dalam pemerintahan maupun politik.
Walaupun berhasil menduduki banyak daerah, memiliki kekuatan militer yang tangguh dan disegani, kerajaan ini akhirnya tetap runtuh. Bukan karena takluk dari daerah lain, tetapi karena konflik internal. Konflik yang mengakibatkan perang saudara.
Apakah kita akan mengikuti jejak kerajaan majapahit yang telah berjaya dan disegani oleh daerah lain tetapi hancur ditangan orang sendiri karena konflik internal? Tentunya kita tidak mau Indonesia terpecah karena masalah sepele yang bisa mengakibatkan konflik diantara kita bersama.
Belajar dari proklamasi
Kita harus belajar dari masa lalu bangsa kita sendiri. Bagaimana semuanya terpecah karena politik adu domba yang dilakukann penjajah. Dan karena menghadapi hal yang sama, yaitu kaum penjajaah mereka bisa bersatu. Mereka tak peduli apapun perbedaan diantara mereka. Mereka sadar tanah ini milik mereka sendiri, bukannya milik kaum penjajah. Mereka hanya ingin penjajah pergi dari tanah mereka.
Karena semangat persatuan yang besar, perjuangan yang tak kenal lelah, proklamasi bisa diserukan dan bergema. Kita akhirnya bisa menjadi sebuah bangsa yang satu dan berdaulat yang sampai sekarang masih berdiri dan kita tinggalli.
Sudah selayaknya kita belajar dari pendahulu kita bagaimana persatuan. Kita hanya perlu menjaga keutuhan Indonesia dalam mengisi kemerdekaan. Kita tak perlu lagi angkat senjata berperang dengan bangsa asing. Kita hanya butuh rasa solidaritas antar warga negara Indonesia. Tak perlu lagi membeda bedakan, karena tugas kita bersama yaitu menjaga persatuan dan keutuhan Negara ini.
Menghindari perpecahan
Dalam keaneragaman budaya, kita harus bijak dalam menyikapinya. Kita harus bisa menerima perbedaan di antara kita. Kita tak bisa menghapus perbedaan perbedaan yang ada, jadi kita tak perlu untuk membuat kelompok karena perbedaan. Perbedaan selalu ada, dan itu bersifat kodrati.
Kita juga harus mengurangi rasa egois, ketamakan dan keserakahan. Kita harus bisa menjunjung tinggi nilai toleransi. Kita tak bisa memaksa mereka yang berbeda pendapat untuk menjadi sama. Kita bisa menyatukan pendapat itu, sehingga hasil akhir bisa saling melengkapi.
Kita tak bisa asal mencap bahwa budaya selain milik sendiri jelek, buruk, lebih bagus budaya sendiri. Kita tak bisa mencapai keinginan sendiri dengan cara yang tidak sehat. Kita harus bisa bersaing dengan sehat.
Kita juga tak bisa saling hujat. Memang kebebasan berpendapat telah diatur dan dijamin oleh hukum, tetapi kita juga harus menjaga perkataan kita. Jikapun kita harus mengkritik, kritiklah secara baik, dan kritik itu membangun dan juga bisa disertai dengan solusinya.
Ditengah tengah arus globalisasi, dan perpecapat peredaran informasi, kita juga harus bisa selektif memilih budaya dari luar yang cocok. Kita tak bisa asal menerima budaya budaya dari luar secara mentah mentah. Kita harus memikirkan apakah yang kita tiru ini baik atau buruk.
Juga kita harus benar benar tahu kebenaran dari suatu informasi. Kita tak bisa menelan mentah mentah semua itu. Kita harus mengetahui dahulu benar atau salahnya informasi yang ada. Jangan termakan isu ataupun berita hoax yang ada.
Seperti di dunia nyata, kita juga harus hati hati melangkah di dunia maya. Salah salah kita akan berpecah karena berita hoax yang ada. Karena itu, jika ingin membagikan informasi, kita juga harus tahu kebenarannya dulu, bukan malah menambah isu.
Kita juga jangan mudah meluapkan emosi, cari tahu kebenarannya dahulu. Chroshcheck informasi, jangan sampaimemakan informasi secara mentah mentah yang akhirnya memancing perselisihan. Jangan mudah terprovokasi isu isu yang menjurus ke perpecahan.
Sebagai suatu bangsa, kita harus bisa mengesampingkan perbedaan yang ada. Kita harus saling bahu membahu membangun negeri. Tak usah menyebarkan isu isu sensitif. Isu isu sensitif yang marak akan menggoyahkan kesatuan bangsa. Maka dari itu, kita harus bijak menyikapi perbedaan perbedaan yang ada, tak usah termakan isu isu, agar tidak timbul perpecahan yang akan meruntuhkan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Akhir, kesimpulan
Mungkin benar apa yang dikatakan Bung Karno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri”
Memang perbedaan selalu ada dan bisa dimana saja, bukan berarti kita tak bisa bersatu. Kita mungkin saja bisa berselisih karena perbedaan, namun kita harus menjaga jangan sampai menjadi konflik berkepanjangan yang tak bisa sembuh. Kita tetap harus menjaga keutuhan Indonesia dengan persatuan.